Nama saya Caterine, seorang siswi kelas 11 MIPA SMA Kristen Kanaan Jakarta, sekaligus pengelola blog ini. Hobi saya traveling, kuliner, dan shipping. Untuk sekarang ini, destinasi yang paling saya idam-idamkan adalah Swiss. Saya memang lebih suka landscape pegunungan daripada pantai. Entah kenapa, ya. Tapi kalau kalian berniat mengajak saya ke pantai, saya mah hayo hayo ajaa ^^.
Cita-cita saya masih abstrak, jujur saya tidak tahu mau dibawa ke mana hidup saya ini. Dorongan berupa support berdatangan dan mengalir deras, tetapi saya masih belum bisa mengambil keputusan secara mantap. Saya teringat, dulu saya kepingin banget masuk desain interior, berawal dari hobi saya yang suka menata ruangan. Semakin saya besar, semakin saya sadar bahwa desainer interior juga harus bisa setidaknya menggambar. Gubrak, mengingat bakat menggambar saya enol, saya memutuskan untuk mundur. Sempat terbesit untuk menjadi dokter hewan, dan tersadarlah kembali saya akan diri saya ini yang orangnya ceroboh dan panikkan. Beralihlah cita-cita saya menjadi seorang editor. Untuk beberapa alasan, saya memutuskan untuk menjadikan profesi yang satu ini menjadi sampingan kalau saya mampu nanti. Rumit, memang. Dari tour guide, pindah ke apoteker, lalu astronomer, berakhir di ahli vulkanologi. Sampai-sampai orang tua saya tepuk jidat karena lelah melihat saya dan kelabilan saya.
Saya juga hobi membaca, walaupun bukan seorang maniak. Penulis favorit saya adalah Kafka, sementara untuk mangaka favorit, Ishida Sui menjadi pilihan nomor satu saya. Puisi juga tak lepas dari perhatian saya. Figur-figur seperti Pablo Neruda dan puisi patah hatinya, maupun Lang Leav sang penyajak kontemporer telah berhasil memikat saya. Ngomong-ngomong soal buku, salah satu kebiasaan buruk saya yang menjadi bukti bahwa saya bukanlah orang dengan manajemen waktu yang baik, atau bisa dikatakan juga saya orang yang super boros. Apakah kalian pernah mendengar istilah tsundoku? Istilah yang berasal dari bahasa Jepang ini merujuk pada suatu tindakan membeli buku banyak-banyak lalu menumpuk buku tersebut dan meninggalkan mereka tak dibaca. Saya hobi berburu buku, terutama fiksi klasik. Saat saya pulang ke rumah, niat membaca saya habis dan saya selalu berujung menyimpan buku itu di kolong laci sambil berharap akan suatu hari nanti ketika saya menemukan tekad saya kembali untuk membacanya, walaupun hari itu belum juga datang hingga kini. Kalaupun saya punya waktu luang, saya cenderung menghabiskannya untuk bermain taiko ataupun tidur. Lama-kelamaan, saya merasa mungkin hobi saya bukan membaca buku, tapi cuma sekedar mengoleksi.
Cita-cita saya masih abstrak, jujur saya tidak tahu mau dibawa ke mana hidup saya ini. Dorongan berupa support berdatangan dan mengalir deras, tetapi saya masih belum bisa mengambil keputusan secara mantap. Saya teringat, dulu saya kepingin banget masuk desain interior, berawal dari hobi saya yang suka menata ruangan. Semakin saya besar, semakin saya sadar bahwa desainer interior juga harus bisa setidaknya menggambar. Gubrak, mengingat bakat menggambar saya enol, saya memutuskan untuk mundur. Sempat terbesit untuk menjadi dokter hewan, dan tersadarlah kembali saya akan diri saya ini yang orangnya ceroboh dan panikkan. Beralihlah cita-cita saya menjadi seorang editor. Untuk beberapa alasan, saya memutuskan untuk menjadikan profesi yang satu ini menjadi sampingan kalau saya mampu nanti. Rumit, memang. Dari tour guide, pindah ke apoteker, lalu astronomer, berakhir di ahli vulkanologi. Sampai-sampai orang tua saya tepuk jidat karena lelah melihat saya dan kelabilan saya.
Saya juga hobi membaca, walaupun bukan seorang maniak. Penulis favorit saya adalah Kafka, sementara untuk mangaka favorit, Ishida Sui menjadi pilihan nomor satu saya. Puisi juga tak lepas dari perhatian saya. Figur-figur seperti Pablo Neruda dan puisi patah hatinya, maupun Lang Leav sang penyajak kontemporer telah berhasil memikat saya. Ngomong-ngomong soal buku, salah satu kebiasaan buruk saya yang menjadi bukti bahwa saya bukanlah orang dengan manajemen waktu yang baik, atau bisa dikatakan juga saya orang yang super boros. Apakah kalian pernah mendengar istilah tsundoku? Istilah yang berasal dari bahasa Jepang ini merujuk pada suatu tindakan membeli buku banyak-banyak lalu menumpuk buku tersebut dan meninggalkan mereka tak dibaca. Saya hobi berburu buku, terutama fiksi klasik. Saat saya pulang ke rumah, niat membaca saya habis dan saya selalu berujung menyimpan buku itu di kolong laci sambil berharap akan suatu hari nanti ketika saya menemukan tekad saya kembali untuk membacanya, walaupun hari itu belum juga datang hingga kini. Kalaupun saya punya waktu luang, saya cenderung menghabiskannya untuk bermain taiko ataupun tidur. Lama-kelamaan, saya merasa mungkin hobi saya bukan membaca buku, tapi cuma sekedar mengoleksi.
Nah, itu saja yang bisa dibagikan dari saya untuk kalian semua. Nantinya, blog ini akan digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia sekolah yang diampu langsung oleh Bapak Martinus Karakabu. Selamat membaca dan semoga isinya bermanfaat bagi kalian semua !!! (^0^)ノ
mantap
ReplyDeleteasekk
ReplyDeleteterus berkarya ya dek
Salken cate
ReplyDeleteJarang orang suka baca yang klasik :D Menarik !
ReplyDeleteSama ya, labil soal cita”😂😂. Ditunggu karya”nya, sukses terus 😉
ReplyDeleteayu ke pantai :)
ReplyDeletewah saya juga suka daerah pantai dan pegunungan! mari ke sana bersama! dan teruslah berkarya!
ReplyDeletemantapp
ReplyDeletekeep doing the best
Sukses terus dengan karyanya👍👍
ReplyDeleteiya lah semua orang juga pengen pergi ke Swiss kali wkwkwk
ReplyDeletebtw fotonya take di mana tuhhhhh (¬‿¬ )
Ih sama saya juga labil, mending liburan ke gunung bareng yok biar dpt inspirasi
ReplyDeleteMantap 👍👍👍
ReplyDeletesemoga bisa menemukan cita-cita yang sesuai ya.. dan segala impiannya bisa tercapai. tingkatkan terus hobimu yang membaca itu 👌 mantap
ReplyDeleteHaii Caterine..
ReplyDeletetopp
ReplyDelete